Selasa, 23 Februari 2016

“Gara-Gara Uang Nomor Pendaftaran Rp 2000 Harga Diri Peguna Kartu BPJS Melayang”

Piked Jakarta.
Sebut saja Aktivis, Warga Kelurahan Petukangan Utara, Jakarta Selatan pemilik Kartu BPJS yang bermaksud berobat ke Puskesmas Kelurahan Petukangan Uatara Jakarta Selatan, dirinya mengaku mendapatkan pelayanan Diskriminatif dari Petugas pelayanan Puskesmas tersebut, yang ternyata hanya karena uang sebesar Rp 2000,- yang sebelumnya tidak ketahuinya.
Aktivis yang mengaku telah mengantri sejak pukul 6.00 namun hingga Pkl 10.30 tidak kunjung dipanggil oleh Petugas untuk mendapatkan nomor pendaftaran Pasein Puskesmas tersebut. mulai curiga ada sesuatu yang tak beres lalu dirinya mempertanyakan kepada Petugas Puskesmas tersebut: “maaf pak, kenapa Saya kok tidak dipanggil panggil, apakah nama Saya sudah dipanggil..? Jawab Sang petugas malah melotot: “Saya tidak ingat, kan banyak Orang yang Saya layani” ucapnya dan memerintahkan Saya masuk menghadap petugas lainnya: “kalau mau nanya kedalam saja kesana..! ucapnya sambil meunjuk ke Petugas lainnya. Anehnya, Petuagas yang ditunjuk ternyata sangat menakutkan seolah sengaja dipasang/Akting untuk menakut nakuti Pasien yang macam macam”
    Saat dirinya masuk kedalam didampingi oleh petugas Puskesmas lainnya, Aktivis melihat tumpukan uang receh yang menumpuk dilaci petugas pelayanan tersebut, melihat uang yang berserakan tersebut; barulah Aktivis mengaku sadar kalau dirinya menggunakan Kartu BPJS Resmi “pantas kartu Saya dan Istri masih berada dibawah tumpukan paling bawah, rupanya yang didahulukan adalah Pasien yang menggunakan KTP dan Kartu berobat lainnya dengan pembayaran sebesar Rp 2000 per Orang, ucapnya.


“Menyesal Saya menggukanan Kartu BPJS kalau hanya karena uang Rp 2000 harga diri tidak ada” ungkap Aktivis kepada Piked. 23/2/16
    Kesal atas perbuatan Petugas pelayanan tersebut, lalu Aktivis mengaku melaporkannya ke Kepala Puskesmas yang ternyata seoarang Dokter Gigi pada Puskesmas tersebut, dengan sigap Sang Dokter menghampiri petugas pelayanan dan kembali dengan membawa Kartu pendaftaran Pasien dengan Nomor antrian 2 lalu  memberikannya kepada Aktivis: “jangan bapak bilang tidak dilayani ya.., ucap Dokter. Namun karena sudah terlanjur merasa kesal, Aktivis menolak tawaran yang ditawarkan Sang Dokter agar Sang Aktivis segera bersedia di jamah. Apa boleh buat harga diri sudah terlanjur direndahkan dan emosi sudah memuncak Sang Aktivis mengaku tetap menolak untuk diperiksa Sang Dokter dan memilih Pulang dengan menerima kembali dua buah Kartu BPJS miliknya dari Sang Dokter dengan Konsekwensi Giginya kumat.
     Alhamdulillah ternyata saat ditemui Piked Gigi Sang Aktivis dinayatakannya membaik, karena marah -marah dan merasa puas atas temuan jawaban; kenapa pengguna Kartu BPJS selalu di terbelakangkan..? dan jawabannya; "ternyata sejak pendaftaran pengambilan nomor pendaftaran Pasien hingga penanganan oleh Dokter” Pasien Non BPJS selalu dikenakan biaya pendaftaran dan Biaya penangan/Perobatan oleh Oknum pihak Rumah Sakit, meskipun menggunakan fasilitas/obat Pemerintah, hal tersebut sempat dibenarkan oleh Kepala Puskesmas, namun setelah dipertanyakan apakah Uang tersebut distorkan ke KAS Daerah..? Sang Dokter terdiam, Permasalahannya adalah bukan Besaran Uangnya namun Harga diri Pengguna BPJS yang diperlakukan Diskriminatif dan mengesalkan,  Kapan Pengawasan BPJS yang baru dilantik Jokowi Berfungsi ..?  (MG)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar