Piked Jakarta.
Sebut saja Aktivis, Warga Kelurahan Petukangan Utara, Jakarta Selatan pemilik Kartu BPJS yang bermaksud berobat ke Puskesmas Kelurahan
Petukangan Uatara Jakarta Selatan, dirinya mengaku mendapatkan pelayanan Diskriminatif
dari Petugas pelayanan Puskesmas tersebut, yang ternyata hanya karena uang sebesar Rp 2000,- yang
sebelumnya tidak ketahuinya.
Aktivis yang mengaku telah
mengantri sejak pukul 6.00 namun hingga Pkl 10.30 tidak kunjung dipanggil oleh
Petugas untuk mendapatkan nomor pendaftaran Pasein Puskesmas tersebut. mulai curiga ada sesuatu yang tak beres lalu dirinya mempertanyakan kepada Petugas Puskesmas tersebut:
“maaf pak, kenapa Saya kok tidak dipanggil panggil, apakah nama Saya sudah
dipanggil..? Jawab Sang petugas malah melotot: “Saya tidak ingat, kan banyak
Orang yang Saya layani” ucapnya dan memerintahkan Saya masuk menghadap petugas
lainnya: “kalau mau nanya kedalam saja kesana..! ucapnya sambil meunjuk ke
Petugas lainnya. Anehnya, Petuagas yang ditunjuk ternyata sangat menakutkan
seolah sengaja dipasang/Akting untuk menakut nakuti Pasien yang macam macam”
Saat dirinya masuk kedalam didampingi
oleh petugas Puskesmas lainnya, Aktivis melihat tumpukan uang receh yang
menumpuk dilaci petugas pelayanan tersebut, melihat uang yang berserakan tersebut;
barulah Aktivis mengaku sadar kalau dirinya menggunakan Kartu BPJS Resmi “pantas
kartu Saya dan Istri masih berada dibawah tumpukan paling bawah, rupanya yang
didahulukan adalah Pasien yang menggunakan KTP dan Kartu berobat lainnya dengan
pembayaran sebesar Rp 2000 per Orang, ucapnya.
“Menyesal Saya menggukanan Kartu
BPJS kalau hanya karena uang Rp 2000 harga diri tidak ada” ungkap Aktivis
kepada Piked. 23/2/16
Kesal atas perbuatan Petugas
pelayanan tersebut, lalu Aktivis mengaku melaporkannya ke Kepala Puskesmas yang
ternyata seoarang Dokter Gigi pada Puskesmas tersebut, dengan sigap Sang Dokter
menghampiri petugas pelayanan dan kembali dengan membawa Kartu pendaftaran Pasien
dengan Nomor antrian 2 lalu memberikannya kepada Aktivis: “jangan bapak bilang tidak
dilayani ya.., ucap Dokter. Namun karena sudah terlanjur merasa kesal, Aktivis
menolak tawaran yang ditawarkan Sang Dokter agar Sang Aktivis segera bersedia
di jamah. Apa boleh buat harga diri sudah terlanjur direndahkan dan emosi sudah
memuncak Sang Aktivis mengaku tetap menolak untuk diperiksa Sang Dokter dan
memilih Pulang dengan menerima kembali dua buah Kartu BPJS miliknya dari Sang Dokter
dengan Konsekwensi Giginya kumat.
Alhamdulillah ternyata saat
ditemui Piked Gigi Sang Aktivis dinayatakannya membaik, karena marah -marah dan
merasa puas atas temuan jawaban; kenapa pengguna Kartu BPJS selalu di
terbelakangkan..? dan jawabannya; "ternyata sejak pendaftaran pengambilan nomor pendaftaran
Pasien hingga penanganan oleh Dokter” Pasien Non BPJS selalu dikenakan biaya
pendaftaran dan Biaya penangan/Perobatan oleh Oknum pihak Rumah Sakit, meskipun menggunakan fasilitas/obat
Pemerintah, hal tersebut sempat dibenarkan oleh Kepala Puskesmas, namun setelah dipertanyakan apakah Uang tersebut distorkan ke KAS Daerah..? Sang Dokter terdiam, Permasalahannya adalah bukan Besaran Uangnya namun Harga diri Pengguna BPJS yang diperlakukan Diskriminatif dan mengesalkan, Kapan Pengawasan BPJS yang baru
dilantik Jokowi Berfungsi ..? (MG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar